Model pembelajaran inquiry merupakan suatu proses pembelajaran yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah melalui langkah perumusan masalah, pengajuan hipotesis, merencanakan pengujian hipotesis, melakukan pengujian hipotesis melalui eksperimen dan demonstrasi, mencatat data hasil eksperimen, mengolah data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Pada model pembelajaran inquiry membiarkan siswa secara mental dan fisik melalui langkah metode ilmiah, sehingga terbentuknya sikap ilmiah pada siswa. Model ini memungkinkan siswa menggunakan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya saat mereka mendiskusikan dan menganalisis bukti-bukti, mengevaluasi ide dan dugaan, merefleksi validitas data dan proses pengumpulan data, mempertimbangkan kesimpulan teman lain, untuk menentukan bagaimana cara terbaik mengemukakan penemuan dan penjelasan mereka, dan menghubungkannya dengan pendapat orang lain atau menyususun teori bagi model konseptual mereka (Dahar, 1986).
Menurut Wenning (2007) secara umum terdapat 5 level model inquiry mulai dari yang bertaraf rendah sampai yang membutuhkan kemampuan intelektual yang tinggi, yaitu: (1) discovery learning, (2) interactive demonstration, (3) inquiry lessons, (4) inquiry labs, (5) hypothetical inquiry.
Discovery learning. Pada level ini guru memberikan banyak bimbingan pada siswa ketika melakukan observasi khusus serta membuat kesimpulan melalui petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk-petunjuk itu umumnya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing siswa. Inquiry jenis ini digunakan terutama pada siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan model inquiry.
Interactive demonstration. Aktivitas demonstrasi dapat berfungsi sebagai pembangkit masalah untuk mendorong siswa membangun rasa ingin tahunya yang besar dan memotivasi mereka untuk membuat dugaan awal (hipotesis). Adanya suatu masalah yang relevan merupakan salah satu langkah proses sains.
Inquiry lessons. Pada level ini guru membimbing siswa dalam berpikir dan memfokuskan pertanyaan (Wood dalam Wenning, 2007) yang akan membantu mereka dalam memahami hakikat sains. Guru menyajikan pijakan, pemodelan, memberikan penjelasan seperlunya tentang penelitian ilmiah, menjelaskan cara mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang akan ditemukan dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa yang diases adalah kesesuaian pertanyaan pembelajaran yang diajukan, ketepatan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan serta kecermatan memprediksi masalah hambatan dan upaya pemecahan yang diajukan.
Inquiry labs. Aktivitas ini membantu siswa belajar dan memahami proses dan keterampilan berpikir layaknya ilmuan dan memahami karakteristik penelitian ilmiah. Siswa melakukan kontrol sendiri dalam proses pembelajaran melalui menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikemas dalam lembar kerja siswa (LKS). Indikator-indikator yang menjadi materi pertanyaan dalam LKS adalah: (a) mendorong keterlibatan mental, (b) penggunaan keterampilan berpikir tingkat tinggi, (c) mendorong pemusatan perhatian siswa untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data, (d) menuntun siswa menemukan konsep, prinsip, dan hukum-hukum baru melalui kreasi dan kontrol sendiri dalam eksperimen, (e) mendorong siswa menerapkan prosedur ilmiah, (f) mendorong siswa berlatih membangun keterampilan proses ilmiah. Level ini terbagi menjadi tiga masing-masing sesuai dengan tingkatan bimbingan guru yang semakin berkurang, yaitu: Guided inquiry labs, Bounded inquiry labs, dan Free inquiry labs.
Hypothetical inquiry. Pada level ini, siswa mengidentifikasi sendiri permasalahan yang menjadi fokus penelitian, membangun hipotesis, membuat prediksi dan merancang eksperimen atau observasi secara mandiri, kemudian menarik kesimpulan menggunakan dasar pemikiran dan dasar empiris. Level inquiry ini berbasis proyek yang menyangkut konsep-konsep sains kontekstual.
Rujukan
Dahar, R. W. 1986. Pendekatan inquiri dalam pendidikan IPA. Buku ajar. Jakarta: Erlangga.
Wenning, C J. 2007. Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal of physics teacher education online. Vol 4 (2). http://www.phy.ilstu.edu/jpteo, diakses tanggal 9 Agustus 2006.
Post a Comment