Halo
sobat Fisika Ceria, Kali ini Fisika Ceria akan berbagi mengenai bagaimana cara
mengukur jari-jari bumi. Sebelumnya apakah ada yang tau? Apakah
mengukur-jari-jari bumi dengan meteran? Tentu tidak. Pada tahun 225 SM seorang
matematikawan yang tinggal di mesir yang
bernama Erathostenes (276 SM-194 SM) melakukan perhitungan keliling bumi dengan
metode yang sederhana. Dari keliling yang sudah didapat, maka dengan mudah
menghitung jari-jari bumi. Ayo simaks penjelasaanya.!
Pada
tanggal tertentu (21 juni) yang merupakan titik balik matahari, diketahui bahwa
di Kota Syene (sebuah kota di Mesir, sekarang bernama Aswan) matahari tepat
berada di atas kota tersebut, yang ditandai dengan apabila diletakkan tongkat
yang tegak lurus terhadap bumi maka tongkat tersebut tidak memiliki bayangan,
begitu juga dengan benda-benda lain seperti tugu dan bangunan lainnya.
Pada
waktu yang sama (tanggal 21 juni) di Aleksandria yang berjarak 800 km dari
syene, Erathostenes mengukur bayangan tongkat yang berdiri tegak. Ternyata
bayangan tongkat di Aleksandria membentuk sudut 7,20 . Karena jarak matahari
sangat jauh dan berukuran lebih besar dibanding bumi maka dapat diasumsikan
sinar matahari yang datang ke bumi adalah sejajar. Sehingga sudut yang dibentuk
tongkat dengan bayangannya adalah sama dengan sudut pada pusat bumi yang
dibentuk oleh dua titik yaitu kota syene dan Aleksandria.
Dengan menganggap
bumi sebagai bola sempurna, maka keliling bumi dapat dihitung. Jika panjang
tali busur pada juring lingkarang yang membentuk sudut 7,20 adalah
800 km, maka keliling lingkaran dihitung:
Dan
besarnya jari-jari bumi :
Hasil
ini sangat dekat dengan jari-jari bumi yang kita ketahui sekarang, yaitu 6375
km. yaitu hanya selisih beberapa kilometer saja.
Post a Comment