Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Menurut Hilke (1998), pengembangan metode belajar kooperatif model jigsaw oleh Aronson sebetulnya menggunakan spesialisasi tugas. Masing-masing siswa mempunyai sebuah tugas yang berkontribusi untuk keseluruhan tujuan kelompok. Pada yang heterogen dari tiga sampai lima siswa, masing-masing siswa bekerja secara bebas untuk menjadi ahli terhadap bagian pelajaran tersebut dan dapat bertanggungjawab untuk mengajarkan informasi kepada yang lainnya dalam kelompok dan juga menguasai informasi anggota kelompok lainnya yang telah ditetapkan. Guru menilai penguasaan seluruh topik. Nilai individu diberikan berdasarkan atas ujian.

Menurut Budiadnyana (2004), pada metode pembelajaran kooperatif model jigsaw, setiap siswa dalam kelompok yang beranggotakan 5 orang diberikan informasi yang hanya menekankan satu bagian pelajaran.Setiap siswa dalam kelompok memperoleh potongan bacaan yang berbeda.Agar berhasil, semua siswa perlu mengetahui seluruh informasi tersebut. Siswa meninggalkan kelompok asal dan membentuk kelompok yang disebut ‘kelompok ahli’, di mana semua anggotanya membawa potongan informasi yang sama dan membahas bersama-sama, mempelajarinya dan memutuskan bagaimana cara terbaik untuk mengajarkan kepada temannya yang ada di kelompok asal. Setelah selesai, siswa kembali ke kelompok asal mereka dan setiap anggota mengajarkan apa yang menjadi bagian pelajarannya ke temannya yang lain dalam kelompok. Dengan demikian, siswa bekerja secara kooperatif dalam dua kelompok yang berbeda, kelompok asal dan kelompok ahli.Penilaian berdasarkan pada penampilan ujian secara individu.Pada metode ini tidak ada penghargaan khusus untuk memperoleh atau untuk penggunaan keterampilan kooperatif.
       Menurut Lie (2002), Hilke (1998), Ermawati (2002), dan Sudibyo (2002), ada tujuh fase yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau yang disebut dengan alur pembelajaran atau sintaks pembelajaran untuk tipe Jigsaw, sebagai berikut.
Fase 1   :   Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2   :Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan menyuguhkan berbagai fakta, pengalaman, fenomena fisis yang berkaitan langsung dengan materi pelajaran.
Fase 3   : Base group atau kelompok dasar/asal. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok asal/dasar dengan anggota 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik yang heterogen.Setiap anggota kelompok diberikan sub-pokok bahasan/topik yang berbeda untuk mereka pelajari.
Fase 4   :Kelompok ahli atau expert group. Siswa yang mendapat topik yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli.
Fase 5   :Tim ahli kembali ke kelompok dasar. Siswa kembali ke kelompok dasar/ahli untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam kelompok ahli.
Fase 6   : Evaluasi. Semua siswa diberikan tes yang melingkupi semua topik.
Fase 7 :Memberikan penghargaan. Guru memberikan penghargaan baik secara individu maupun kelompok.
 RUJUKAN
Budiadnyana, P. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Bermodul yang Berwawasan SMK Terhadap Hasil Belajar Biologi (Eksperimen pada Siswa Kelas II SMP di Singaraja)Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative LearningNew York: McGraw-Hill, Inc.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang KelasJakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Post a Comment

Previous Post Next Post