Pengukuran
adalah kegiatan membandingkan suatu obyek menggunakan standar pengukuran yang
telah ditetapkan. Pengukuran besaran relatif terhadap suatu standar atau satuan
tertentu. Sebagai contoh, kita dapat mengukur panjang dalam satuan inci, feet
(kaki), mil, atau dalam centimeter, meter, atau kilometer. Suatu pengukuran
selalu disertai oleh ketidakpastian. Kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan
hasil pengukuran tidak presisi seperti seharusnya, dapat lebih besar atau lebih
kecil. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain : (a) Keterbatasan alat ukur (nst=nilai skala
terkecil), (b) Kesalahan pengukuran (human error), misalnya kesalahan
pembacaan pada satu sesi percobaan dari serangkaian
percobaan, (c) Kesalahan kalibrasi alat ukur, (d) Kesalahan titik nol, (e) umur alat
Setiap
alat ukur pada umumnya memiliki keterbatasan daya ukur, atau keterbatasan
kemampuan dalam mengukur suatu besaran, keterbatasan ini disebut NST atau nilai skala terkecil. Dalam
suatu alat ukur jarang sekali terdapat skala yang berjarak kurang dari 1 mm,
hal ini karena mata manusia umumnya sulit melihat jarak kurang dari 1 mm. Untuk
membantu mengukur dengan lebih teliti melebihi yang dapat ditunjukkan oleh NST,
maka digunakanlah nonius. Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan
alat ukur. Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan
sejumlah skala nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik
maksimum skala nonius berimpit dengan skala utama.
Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal
Pengukuran
tunggal artinya pengukuran yang (karena suatu hal) dilakukan hanya sekali. Maka
ketidak pastiannya Dx adalah
:
Dx =1/2 nst
Sehingga
hasil pengukuran adalah :
x = x ± Dx
Misalnya
:
Kuat arus diukur dengan miliamperemeter dengan jarum
penunjuk (tebal) seperti gambar di bawah, maka hasil penukurannya adalah :
I = 2,6 ± 0.05 mA
Pengukuran Tunggal |
Artinya adalah
bahwa kuat arus di sekitar 2,6 mA, antara 2,55 mA - 2,65 mA
Ketidakpastian
pada pengukuran berulang
Agar
ketepatan hasil percobaan lebih akurat lagi, maka kita harus mengulang-ulang
suatu percobaan. Makin banyak percobaan dilakukan, hasilnya akan lebih baik. Penulisan hasil perhitungannya adalah :
n
menunjukan banyaknya percobaan yang dilakukan dan angka x1, x2,
x3 dan seterusnya menunjukan hasil percobaan ke 1, ke 2, ke 3 dan
seterusnya. Ketidakpastian disimbolkan dengan Dx yang merupakan
standar deviasi dari hasil pengukuran yang dirumuskan :
Contoh soal
:
Sebuah
pengukuran berulang panjang suatu besaran fisika menghasilkan : 10,1 ; 10,3 ;
10,3 ; 10,4 ; 10,4 ; 10,5 ; 10,6 ;10,6 ; 10,6 ; 10,7 (cm). Berapakah hasil
pengukuran beserta ketidakpastiannya ?
Agar
lebih mudah maka bisa dituliskan dalam bentuk tabel :
Maka rata-ratanya
adalah : x =
104,5/10 = 10,45 cm. dan
ketidakpastiannya dihitung:
sehingga hasil pengukurannya
= 10,45 ± 0,184 cm
Pengukuran
Langsung dan Tak-Langsung
Sebuah
pengukuran langsung adalah, apabila besaran fisis yang kita ingin dapatkan dari
sebuah pengukuran, langsung diperoleh dari pengukuran itu, misalnya kuat arus
dengan amperemeter, panjang benda dengan jangka sorong, massa benda dengan
neraca teknis. Sedangkan pengukuran tak-langsung adalah pengukuran besaran fisis
yang diperoleh tidak langsung dari sebuah pengukuran, akan tetapi hasil
pengukuran itu diolah melalui
persamaan-persamaan matematis sebelum diperoleh hasil akhirnya. Contohnya
adalah, mengukur hambatan dengan mengukur kuat arus dan tegangannya, mengukur
volume balok dengan mengukur panjang, lebar dan tingginya, dll. Atau mungkin
kombinasi dari tunggal dan berulang pada pengukuran tak langsung, seperti yang
akan kita lakukan dalam percobaan ini, yaitu mengukur massa jenis suatu benda
dengan mengukur massanya secara tunggal, dan menghitung volumenya tak-langsung
dengan mengukur panjang, lebar, tinggi atau diameternya secara berulang.
Post a Comment