Model Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) memberi landasan teoritis bagaimana siswa dapat sukses belajar bersama orang lain. Dengan mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas, suatu hari kelak kita akan menuai buah persahabatan dan perdamaian. Cooperative Learning memandang siswa sebagai makhluk sosial (homo homini socius), bukan homo homini-lupus. (Slavin Manning dan Lucking, 1991) mendefinisikan cooperative learning sebagai suatu teknik pengajaran di mana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang anggotanya antara empat sampai dengan enam orang. Heterogenitas anggota kelompok ditinjau dari jenis kelamin, etnis, prestasi akademik, maupun status sosial. Kelompok yang ideal adalah yang mempunyai anggota 4-6 orang. Jika terlalu sedikit akan mempersempit pandangan di dalam diskusi, tetapi jika terlalu besar akan memudahkan siswa untuk “menghilang” dari kelompok. Sebaiknya kelompok merupakan kelompok yang heterogen, sehingga akan terjadi sharedi antara anggota kelompok. Guru harus berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memberikan personal contact, sekaligus untuk menghafalkan nama-nama siswa dalam kelompok.
Cooperative learning memunculkan kerjasama antara semua siswa dari semua tingkat untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan, saling membantu untuk belajar, dan mencapai tujuan. Slavin (1998) juga menjelaskan bahwa dalam belajar kelompok, siswa bukan mengerjakan sesuatu sebagai suatu team, melainkan belajar sesuatu sebagai suatu team. Oleh karena itu, kerja kelompok tidak harus selalu dilakukan setelah seluruh anggota kelompok memahami dengan tuntas materi pelajaran yang akan dipelajari.
Menurut Manning dan Lucking (dalam Nur, 2004) ketertarikan orang pada cooperative learningkarena dua hal, yaitu : (1) Lingkungan pendidikan yang kompetitif yang dapat memunculkan sikap siswa untuk berkompetisi daripada untuk melakukan kerjasama. (2) Jika cooperative learning dilaksanakan dengan baik, akan memberikan sumbangan yang positif terhadap prestasi akademik, keterampilan sosial, dan harga diri.
Selain itu Stahl (dalam Kartini dan Puja Astawa, 1995) mendefinisikan model pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur anggota bersifat heterogen. Dengan model ini siswa belajar dalam suatu kelompok kecil, di mana mereka saling membantu dalam mempelajari atau mengerjakan materi pelajaran dan saling membantu dalam memberikan motivasi dalam proses belajar diantara sesama anggota kelompoknya untuk memperoleh dan memahami pengetahuan secara lebih baik.

Think-Pair-Share (TPS)
TPS atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (4-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.
TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara explicit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Misalkan seorang guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas, atau suatu situasi penuh teka-teki telah dikemukakan. Guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Guru perlu menerapkan langkah-langkah seperti berikut ini :
Tahap-1 : Thinking(berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap-2 : Pairing(berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap ide. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap-3 : Sharing(berbagi). Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini dapat dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melapor.

Numbred-Head-Together (NHT)
NHT atau Penomeran-Berpikir-Bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang sejenis dengan TPS, dan dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah sebagai berikut ini :
Tahap 1: Penomeran. Guru membagi siswa kedalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
Tahap 2: Mengajukan Pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau berbentuk arahan.
Tahap 3: Berpikir Bersama. Siswa menyatukan pendapatnya dengan jawaban pertanyaan itu dan meyakini tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban itu.
Tahap 4: Menjawab. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Perbedaan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Pembelajaran Tradisional
Menurut Lundgren, perbedaan antara model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran tradisional adalah (Ratumanan, 2002)
Model pembelaaran koperatif
Model pembelajaran traadisional
·         Kepemimpinan bersama
·         Satu pemimpin
·         Saling ketergantungan yang positif
·         Tidak saling tergantung
·         Keanggotaan yang heterogen
·         Keanggotaan yang homogeny
·         Memperoleh ketermpilan kooperatif
·         Asumsi adanya ketermpilan sosial
·         Tanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok
·         Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri
·         Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif
·         Hanya menekankan pada tugas
·         Ditunjang oleh guru
·         Diarahkan oleh guru
·         Satu hasil kelompok
·         Beberapa hasil individu
·         Evaluasi kelompok
·         Evaluasi inividu
:



Post a Comment

Previous Post Next Post