Belajar Menurut Pandangan konstruktivistik

Pandangan konstruktivistik menyatakan belajar merupakan proses regulasi diri dalam menyelesaikan konflik kognitif yang sering muncul melalui pengalaman konkrit, wacana kolaboratif, dan interpretasi (Santyasa, 2004). Suparno (1997) menyatakan belajar menurut pandangan konstruktivistik merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Hal ini berarti bahwa belajar tidak menerima pengetahuan dari pendidik, melainkan membangun pengetahuan itu dari diri pebelajar.

Seorang guru dalam mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pengajar ke peserta didik, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya (Suparno, 1997). Paradigma konstruktivistik menekankan dalam pembelajaran lebih mengutamakan pemecahan masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi, dan algoritma ketimbang menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar (Santyasa, 2004). 
Pembelajaran menurut pandangan konstruktivistik memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut (Budiningsih, 2005). (a) Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian dan  lebih  mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas. (b) Siswa dipandang sebagai pemikir-pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya. (c) Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa. (d) Kegiatan kurikuler lebih banyak menggunakan sumber data primer dan manipulasi bahan. (e) Siswa-siswa banyak belajar dan bekerja di dalam grup proses. (f) Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan.

Daftar Pustaka
Budiningsih, C. A. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Santyasa, I W. 2004. Model problem solving dan reasoning sebagai alternatif pembelajaran inovatif.  Makalah. Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V, tanggal 5-9 Oktober 2004, di Surabaya.
 Suparno, P. 1996. Filsafat konstruktivisme dalam pendidikanYogyakarta: Kanisius.



Post a Comment

Previous Post Next Post